Selasa, 22 Oktober 2013

"Syarat yang ke dua adalah TERDAHULU"



Syarat yang ke dua adalah TERDAHULU

Setiap agama dan kepercayaan meyakini bahwa Tuhan adalah pencipta manusia, pencipta makhluk hidup, pencipta langit dan bumi beserta isinya. Dia-lah pencipta segala-galanya.
Sang Pencipta, tentunya lebih dahulu muncul dari pada ciptaan-Nya. Tidak mungkin sebuah ciptaan muncul terlebih dahulu dari pada Penciptanya. Bagaimana mungkin sesuatu yang akhir memunculkan sesuatu yang sudah ada sebelumnya? Bagaimana mungkin seorang anak melahirkan ibunya?
Selanjutnya, logika pun memaksa kita untuk menyatakan bahwa Tuhan pasti lebih dahulu ada dari pada segala sesuatu dan tidak mungkin ada sesuatu yang mendahului-Nya. Karena Tuhan adalah Pencipta segala sesuatu, maka Tuhan lebih dahulu ada dari pada sesuatu yang lain.
Hal ini juga manyatakan bahwa Tuhan tidak mungkin mengalami proses kelahiran. Jika Tuhan mengalami proses kelahiran, maka pastilah ada sesuatu lain yang melahirkan Tuhan. Maka, yang melahirkan inilah yang lebih layak disebut sebagai Tuhan.
Begitu pula proses pembentukan. Tentunya, Tuhan tidak mungkin terbentuk atau tercipta dari sesuatu. Tidak ada sesuatu yang yang mambentuk atau menjadikan Tuhan. Karena jika ada, maka sesuatu inilah yang lebih pantas menjadi Tuhan.
Bagaimana dengan Tuhan kita? Benarkah Tuhan kita lebih dahulu muncul dari pada segala sesuatu? Hal ini sangatlah sulit untuk dibuktikan. Karena, kita muncul jauh setelah manusia pertama (Adam) muncul. Bahkan, setelah alam semesta mencapai usia yang belum terdefinisikan.
Sebagai manusia, kita tak mungkin mampu membuktikan hal ini secara langsung. Meskipun dengan teknologi semaju apapun. Atau hingga qiyamat sekalipun. Lantas apakah kita kan berhenti di sini? Menelan begitu saja kepercayaan nenek moyang kita dan mengakui bahwa Tuhan kita adalah Tuhan sejati tanpa adanya bukti?
Tentu saja tidak. Sesuatu yang tidak bisa kita temukan bukan berarti bahwa sesuatu itu tidak ada. Masih ada cara lain untuk menunjukkan bahwa sesuatu itu ada meski tanpa mencarinya. Kita masih bisa menggunakan logika matematika. Salah satunya adalah, “Negasi”. Dengan negasi, kita bisa mengeluarkan sesuatu dari aturan atau syarat tertentu dan menyisakan sesuatu yang memenuhi aturan atau syarat tersebut.
Contoh kasus, beberapa kepercayaan mayakini bahwa sebagian binatang adalah dewa yang memelihara dan mendengar doa manusia. Benarkah demikian? Jika kita telusuri, hewan memerlukan makanan untuk menopang hidupnya. Jika herbivora, maka dia membutuhkan tumbuhan agar tidak mati. Maka, pastilah tumbuhan itu lebih dulu ada dari pada hewan yang dimaksud. Begitu pula tanaman atau tumbuhan. Mereka akan melakukan dormansi hingga menemukan tempat tumbuh yang tepat. Berarti, gunung atau bumi lebih dahulu muncul dari pada tanaman, dan seterusnya.
Sekarang, mari kita renungkan bagaimana dengan Tuhan kita? Apakah dia lolos dari persyaratan ke dua ini? Benarkah yang kita sembah adalah sesuatu yang terdahulu dan tidak ada yang mendahuluinya?
Tentunya, masih ada beberapa hal yang lolos dari persyaratan pertama dan kedua ini. Lantas sudah finalkah bahwa mereka pantas dianggap Tuhan? Ternyata masih ada beberapa syarat lagi untuk menjawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar